yaitu saat beranjak dari bangku SMA terus terang saya bingung mau kemana,
tahun itu sekitar pertengahan 2009, bersama dengan teman-teman lain dari SMAN 1 Bluluk, kita iseng coba daftar di salah satu perguruan tinggi di jawa timur, dan hasilnya puji Tuhan diterima. Melalui proses yang rumit akhirnya dapat menjejakkan kaki di perguruan tinggi teknik terbaik di indonesia bagian timur.
Sekedar informasi jurusan yang kumasuki adalah jurusan yang terbilang baru di dunia pendidikan indonesia, yaitu Teknik Pengelasan. Pada dasarnya jurusan ini bernaung di bawah fakultas politeknik perkapalan ITS (sekarang berubah nama menjadi PPNS). Menjadi satu satunya program studi welding engineering tentunya menjadi tantangan tersendiri bagaimana mengembangkan kompetensi insan dalam negeri di bidang welding engineering.
Diterima di perguruan tinggi top bukan tujuan akhir, dari sinilah perjuangan dan tantangan hidup dimulai. Dengan modal pas - pasan seorang pemuda desa seperti saya harus berjuang hidup di kota metropolis surabaya. Untuk meringankan beban biaya kuliah saya mengajukan beasiswa dari Pemda Kabupaten Lamongan dan puji Tuhan diterima.
Kala itu biaya SPP di PPNS sekitar 1.3 Juta per semester dan Pemda Lamongan memberikan 2 Juta rupiah per semester. Hal ini tentu sangat membantu sekali bagi saya untuk dapat melanjutkan studi. Terimakasih bapak masfuk (Bupati Lamongan saat itu- 2009) karena program beliau sangat membantu putra-putri Lamongan untuk mengenyam pendidikan di perguruan tinggi negeri.
Namun permasalahan tidak berhenti disitu saja, saya harus memikirkan biaya kos, dan uang makan. Dikarenakan kiriman dari ayah yang selalu telat maka saya memutar otak mencari kerja sambilan. Dan kerjaan sambilan tersebut adalah menjadi operator warnet tak jauh dari kampus, di daerah keputih surabaya. Dari kerja sampingan menjaga warnet tersebut saya bisa menyeimbangkan kondisi finansial yang pas-pasan.
Diterima di perguruan tinggi top bukan tujuan akhir, dari sinilah perjuangan dan tantangan hidup dimulai. Dengan modal pas - pasan seorang pemuda desa seperti saya harus berjuang hidup di kota metropolis surabaya. Untuk meringankan beban biaya kuliah saya mengajukan beasiswa dari Pemda Kabupaten Lamongan dan puji Tuhan diterima.
Kala itu biaya SPP di PPNS sekitar 1.3 Juta per semester dan Pemda Lamongan memberikan 2 Juta rupiah per semester. Hal ini tentu sangat membantu sekali bagi saya untuk dapat melanjutkan studi. Terimakasih bapak masfuk (Bupati Lamongan saat itu- 2009) karena program beliau sangat membantu putra-putri Lamongan untuk mengenyam pendidikan di perguruan tinggi negeri.
Namun permasalahan tidak berhenti disitu saja, saya harus memikirkan biaya kos, dan uang makan. Dikarenakan kiriman dari ayah yang selalu telat maka saya memutar otak mencari kerja sambilan. Dan kerjaan sambilan tersebut adalah menjadi operator warnet tak jauh dari kampus, di daerah keputih surabaya. Dari kerja sampingan menjaga warnet tersebut saya bisa menyeimbangkan kondisi finansial yang pas-pasan.